Berbatasan langsung dengan Samudera Hindia membuat Kabupaten Jember, Jawa Timur memiliki pesona tersendiri disisi selatan wilayahnya. Keindahan pantainya menjadi kebanggaan bagi masyarakat Jember.

Selain Tanjung Papuma dan Pantai Walu Ulo, ada Pantai Payangan yang memiliki teluk berbentuk love yang terletak di timur Pantai Payangan, sehingga dinamakan Teluk Love. Dan menjadi salah satu destinasi wisata alam yang kerap dikunjungi oleh wisatawan.

Pesona Teluk Love di Pantai Payangan, Jember

Teluk Love (Sumber: Pribadi)

Sebelumnya aku sudah memperkenalkan salah satu pantai kebanggaan Kabupaten Jember yaitu Tanjung Papuma. Nggak cuma Tanjung Papuma, saat berkunjung ke Kota Tembakau, wajib banget buat kalian mampir ke Teluk Love yang romantis.

Baca juga : Tanjung Papuma, Pantai Pasir Putih Kebanggaan Jember 

Akses Jalan

Untuk menuju ke Teluk Love cukup mudah meskipun jaraknya cukup jauh dari pusat Kota Jember. Berjarak 39 km dari Alun-alun Jember.

Akses jalannya sama seperti saat menuju ke Tanjung Papuma, jika ke Tanjung Papuma harus belok kanan, untuk ke Teluk Love tetap lurus sampai ketemu area pemakaman, tetap lurus lagi karena kalau belok kekanan adalah akses menuju Pantai Watu Ulo. Jadi harus tetap lurus sampai ketemu pemukiman nelayan Dusun Payangan.

Selanjutnya kalian akan menjumpai beberapa pemuda dipinggir-pinggir jalan yang menawarkan tempat parkir. Tapi kalian harus tetap lurus mengikuti jalan, karena Teluk Love berada dipaling ujung. Jika kalian parkir didekat rumah warga, untuk jalan ke Teluk Love cukup jauh. Apalagi untuk melihat Teluk Love masih harus mendaki bukit.

Jadi, intinya jika berangkat dari pusat Kota Jember, hanya perlu belok kiri diperempatan Mangli, kemudian lurus mengikuti jalan, pasti akan sampai di Dusun Payangan, Desa Sumberejo, Kecamatan Ambulu.

Akses jalan mendaki bukit (Sumber: Pribadi)

Tiket Masuk ke Teluk Love

Setelah lurus mengikuti jalan yang ada, kalian akan bertemu bukit yang berada paling timur Pantai Payangan. Nah, dibalik bukit itulah Teluk Love bisa ditemui.

Untuk masuk ke area Teluk Love harus membayar Rp 7.500/orang. Disana selain ada warung, ada juga musola dan toilet yang cukup bersih.

Kamar mandi dan toilet (Sumber: Pribadi)

Goa Jepang

Dipertengahan jalan, selain mulai terdengar suara ombak yang semakin jelas. Wisatawan akan menemukan goa peninggalan Jepang yang masih tersisa di Bukit Suroyo, seakan kembali mengingatkan sejarah kelam pada masa itu.

Goa Jepang (Sumber: Pribadi)

By the way, meskipun goa ini mengingatkan akan sejarah kelam dimasa lalu, sebagai wisatawan kita harus turut ikut menjaganya ya, jangan sampai menyalah gunakan lokasi tersebut, apalagi jika membuang sampah atau buang air kecil disana.

Menikmati Keindahan Teluk Love dari Bukit Suroyo

Untuk menikmati keindahan Teluk Love, kalian perlu mendaki Bukit Suroyo terlebih dahulu. Meskipun tidak terlalu tinggi, sebaiknya lakukan pemanasan ringan terlebih dulu sebelum mendaki untuk menghindari kram.

Akses jalannya juga terbilang mudah, rasa letih pun akan perlahan hilang saat melihat-lihat disekitar bukit. Disisi barat Bukit Suroyo, teman-teman bisa melihat secara langsung beberapa bukit dan hamparan pasir hitam Pantai Payangan.

Pantai Payangan (Sumber: Pribadi)

Pantai Payangan (Sumber: Pribadi)

Sesekali kalian juga bisa bertemu dengan beberapa monyet, apalagi jika kalian berkunjung di sore hari. Monyet-monyet banyak yang keluar untuk mencari makan, bahkan mereka terkadang bisa berada sangat dekat dengan wisatawan.

Monyet penghuni Bukit Suroyo (Sumber: Pribadi)

Jangan risau jika tak kunjung menemukan Teluk Love, ya. Akses berangkat memang lebih jauh karena jalannya sengaja dibuat mengelilingi bukit, agar wisatawan bisa melihat-lihat keindahan sekitar Bukit Suroyo.

Bukit Suroyo (Sumber: Pribadi)

Daaan, tibalah di Puncak Idaman. Disinilah kalian bisa menikmati keindahan Teluk Love dengan bebas. Bendera merah putih berkibar disana, menandakan bahwa keindahan alam tersebut sepenuhnya milik Indonesia, off course dong!

Teluk Love (Sumber: Pribadi)

Teluk Love (Sumber: Pribadi)

Kabupaten Jember adalah daerah kelahiranku, salah satu daerah yang ada di Kawasan Tapal Kuda. Budaya Pendalungan menjadi ciri khas kotaku. Wilayahnya yang berbatasan langsung dengan Samudera Hindia, membuat sisi selatan Jember memiliki pantai yang menarik untuk dikunjungi. Ada Teluk Love, Pantai Payangan, Pantai Watu Ulo dan Tanjung Papuma.

Tanjung Papuma, Pantai Pasir Putih Kebanggaan Jember

Tanjung Papuma (Sumber: Pribadi)

Nah, kali ini aku akan memperkenalkan Tanjung Papuma sebagai destinasi wisata alam kebanggaan Kabupaten Jember. Selain terkenal dengan keindangan alamnya, Tanjung Papuma juga menyuguhkan wisata hutan jati, palem dan berbagai jenis pohon yang menghiasi hutan diwilayah pantai. 

Tidak hanya ditumbuhi berbagai jenis tanaman dan pohon, diwilayah Tanjung Papuma juga terdapat beberapa fauna tropis, seperti biawak, burung dan monyet yang cukup jinak dengan manusia.

Monyet disepanjang kawasan Tanjung Papuma (Sumber: Pribadi)

Akses Jalan

Berjarak 40 km dari pusat Kota Jember dengan waktu tempuh kurang lebih 1 jam 15 menit. Rute menuju Tanjung Papuma cukup mudah untuk dilalui. Jika teman-teman berangkat dari Alun-alun Kota Jember cukup lurus saja mengikuti sepanjang Jl. Gajah Mada sampai perempatan lampu lalu lintas di Mangli, lalu belok kiri. 

Selanjutnya tetap lurus mengikuti jalan menuju Ambulu, sampai diperempatan lampu lalu lintas Ambulu, teman-teman tetap lurus saja sampai masuk Desa Sumberejo. Untuk menuju ke Pantai Tanjung Papuma sama dengan arah ke Teluk Love, Pantai Payangan dan Pantai Watu Ulo, hanya saja untuk menuju ke Tanjung Papuma harus belok kekanan.

Akan tersedia tulisan "Selamat Datang di Tanjung Papuma", karena jalannya melalui sawah, hutan jati dan melewati gunung, jalannya cukup sepi dan masih banyak jalan yang rusak. 

Sebenarnya untuk menuju ke Tanjung Papuma bisa tetap lurus melewati Pantai Watu Ulo, namun jika melewati jalur ini teman-teman harus membayar tiket retribusi masuk ke Pantai Watu Ulo dulu, jadi bisa double bayarnya.

Tiket masuk ke Tanjung Papuma

Setelah melewati gunung, hutan dan sawah, selanjutnya akan menemui pos retribusi menuju ke Tanjung Papuma yang berada di kaki bukit. Untuk tiket yang harus dibayarkan yaitu Rp 25.000/orang untuk wisatawan domestik pada hari Sabtu, Minggu dan hari libur.

Weekdays tiket masuk untuk wisatawan domestik Rp 20.000. Sedangkan untuk parkir roda dua Rp. 5.000, roda empat 10.000

Untuk yang ingin mengingap di Tanjung Papuma juga bisa banget, loh. Selain bisa mendirikan tenda yang hanya perlu membayar Rp 10.000/malam, juga ada Foresta Resort Papuma Villa Jati yang bisa dijadikan pilihan menginapmu bersama keluarga. 

Fasilitas menginap dikawasan Tanjung Papuma dilengkapi dengan fasilitas umum seperti musola, kamar mandi umum dan toilet yang cukup bersih, banyak terdapat rumah makan yang menyajikan berbagai macam menu seafood dengan harga kisaran Rp 50.000 - Rp 120.000 tergantung seberapa besar ikan yang dipesan karena dihitung sesuai berat dari ikan itu sendiri.

Ikan Kerapu Bakar 300gr, 2 porsi nasi, 1 porsi lalapan, sambal kecap, sambal terasi, tahu tempe Rp 50.000 untuk 2 orang (Sumber: Pribadi)

Untuk teman-teman yang ingin menikmati indahnya laut dan ingin melihat dari dekat Pulau Nusa Barong, kalian juga bisa mengendarai perahu nelayan yang berkapasitas 6 - 8 orang dengan biaya Rp 20.000/orang.

Deretan Perahu Nelayan di Tanjung Papuma (Sumber: Pribadi)

Naik Perahu Nelayan Rp 20.000/orang (Sumber: Pribadi)

Goa Lowo

Setelah membayar tiket masuk, teman-teman harus melewati bukit untuk sampai ke Tanjung Papuma. Sebelum sampai ketempat tujuan, kalian akan menemui Goa Lowo disisi sebelah kiri.

Spot Foto di Goa Lowo (Sumber: Pribadi)

Dulu Goa Lowo hampir tak pernah dikunjungi wisatawan karena terlalu rimbun dan tidak terawat. Tapi kali ini Goa Lowo menjadi lebih menarik dan instagramable. Untuk masuk ke Goa Lowo atau sekedar menikmati pemandangan Tanjung Papuma dari sini kalian perlu membayar Rp. 5.000/orang.

Saat itu, adalah pertama kali aku melihat Goa Lowo yang baru. Lebih menarik dan indah, sayangnya saat itu air laut sedang pasang, sehingga dilarang untuk turun ke Goa Lowo, jadi hanya menikmati Tanjung Papuma dari atas, dan mengambil beberapa foto.

Spot Foto di Goa Lowo (Sumber: Pribadi)

Siti Inggit

Sekitar 1,5 km dari loket retribusi Tanjung Pupuma kalian akan menemukan bukit Siti Inggit, tak kalah instagramable dengan lokasi foto di Goa Lowo, Siti Inggit lebih dulu menjadi daya tarik wisatawan saat berkunjung ke Tanjung Papuma. 

Untuk menikmati keindahan Tanjung Papuma dari bukit Siti Inggit kalian harus membayar Rp. 10.000/orang.

Pantai Pasir Putih Malikan

Fyi, Papuma adalah singkatan dari Pantai Pasir Putih Malikan. Pantai ini mengelilingi sebuah semenanjung yang menjorok kelautan. Sisi barat dan timurnya dipisahkan oleh bukit Siti Inggit, yang membuatnya terkesan seperti keindahan pantai yang tersembunyi dibalik bukit. Oleh karena itu lebih dikenal dengan nama Tanjung Papuma.

Pantai Pasir Putih Malikan di balik Bukit Siti Inggit (Sumber Pribadi)

Meskipun bersebelahan langsung dengan Pantai Watu Ulo, warna pasir keduanya sangat berbeda dan kontras. Di Tanjung Papuma sangat putih dan bersih, sedangkan di Watu Ulo pasirnya berwarna hitam. Namun, memiliki kesan manis nan eksotik dengan cerita rakyatnya yang melegenda.

Well, itulah salah satu destinasi wisata alam kebanggaan dari Kabupaten Jember, Jawa Timur. Untuk kamu yang juga bangga dengan kota kelahiranmu, yuk bagikan cerita menarik tentang wisata favorit yang menjadi kebanggaan di kotamu selain bisa mengenalkan keunikan didaerah, kamu juga bisa loh sekalian ikutan lomba blog yang diadakan oleh Universitas Esa Unggul dan menangkan hadiah menariknya.

Sumber: Instagram @univ_esaunggul

Nah, untuk kalian yang baru saja lulus SMA atau yang ingin melanjutkan ke jenjang pendidikan strata-2 dan bingung mau lanjut kuliah kemana, kamu bisa langsung aja daftar ke Universitas Esa Unggul (UEU) yang berlokasi di Jakarta, dua di Tangerang, Bekasi, dan kampus utama di Jakarta Barat.

Sumber : https://esaunggul.ac.id/

Universitas Esa Unggul (UEU) adalah universitas di bawah naungan Yayasan Pendidikan Kemala Mencerdaskan Bangsa yang didirikan pada tahun 1993, merupakan perguruan tinggi swasta yang terkemuka dan terbaik di Indonesia. Dengan Visi menjadi perguruan tinggi kelas dunia berbasis intelektualitas, kreatifitas dan kewirausahaan yang unggul dalam mutu pengelolaan (proses) dan hasil (output) kegiatan Tri Dharma Perguruan Tinggi. Dan memiliki Misi, menyelenggarakan pendidikan yang bermutu dan relevan, menciptakan suasana akademik yang kondusif, menciptakan pemimpin yang berkarakter dan berdaya saing tinggi.

Ada berbagai macam pilihaan fakultas dan program studi yang bisa dipilih sesuat minat dan bakat kamu. Misalnya jika kalian memiliki hobi berwirausaha atau sedang merintis usaha, kalian bisa banget memperdalam ilmu kalian di Program Studi Manajemen Bisnis, Fakultas Ekonomi dan Bisnis selain belajar terkait teori-teori dan konsep tentunya akan didukung dengan fasilitas-fasiltas yang memadai apalagi prodi tersebut sudah terakreditasi "A".

So, tunggu apalagi. Segera daftarkan dirimu, karena pendaftaran mahasiswa baru TA 2021/2022 ada diskon sebesar 1Jt dan cicilan awal 3,5Jt. Terbatas mulai April s/d Juni 2021. Untuk pendaftarannya klik disini ya.

#inikotaku #esaunggul

Ndeso!

Ini adalah kali kedua aku makan di Soto Ndeso yang ada di Kecamatan Sawahan, Madiun. Pertama kali makan soto ndeso sekitar tahun 2013. Awalnya aku heran, biasanya makanan yang laris salah satu faktornya didukung dengan tempatnya yang strategis, seperti berada ditengah kota, sehingga mudah untuk ditemukan.

Soto Ndeso Bu Wartinah (Sumber: Pribadi)

Berbeda dengan Soto Ndeso Bu Wartinah, rumah makan ini cukup jauh dari pusat Kota Madiun, tempatnya terpencil, masuk ke kampung-kampung dipinggiran Kabupaten Madiun, mungkin inilah yang menyebabkan ownernya kasih nama Soto Ndeso, hehe.

Eits, meskipun tempatnya terpencil tapi soto ndeso ini punya pelanggang yang cukup banyak loh, selain jadi andalan kuliner keluargaku saat di Madiun, Soto Ndeso Bu Wartinah ini juga langganannya para pejabat, wow. Jadi nggak heran kalau tempat makan ini cukup luas untuk menampung para pelanggannya, tempat parkirnya pun juga luas.

Soto Ndeso Bu Wartinah (Sumber: Pribadi)

Nggak tanggung-tanggung, di jam makan siang banyak plat merah yang jejer rapi diparkiran depan rumah makan. Meskipun terpencil, orang-orang rela jauh-jauh datang untuk menikmati soto khas Madiun ini. Termasuk keluargaku, hehe.

Review Soto Ndeso Bu Wartinah Khas Madiun

Dari segi presentasi sebenarnya nggak ada yang spesial dari soto ini, disajikan diatas piring dengan porsi yang sedikit, kuah bening, tauge dan suwiran ayam kampung. Untuk porsinya yang kecil, nggak akan cukup jika hanya satu porsi. Kalau aku sendiri terakhir makan 2 porsi soto, 2 tusukan daging dan satu gelas jeruk anget.

Soto Ndeso Bu Wartinah (Sumber: Pribadi)

Selain rasa sotonya yang enak dan segar, pemilik rumah makan ini cukup ramah, loh. Namanya Bu Wartinah, dia sempat menceritakan bahwa soto ini adalah warisan dari bapak beliau yang sudah berjualan soto sejak tahun 1960-an. Dimana proses masaknya masih dilakukan secara tradisional yaitu menggunakan tungku bakar. 

Bu Wartinah Pemilik Soto Ndeso (Sumber: Pribadi)

Tidak hanya menyajikan sepiring soto, jika kamu beruntung kamu juga bisa menemukan uritan. Uritan ini adalah tusukan telur ayam muda, yang masih berupa kuningnya aja, rasanya gurih banget. Sayangnya, waktu itu aku nggak kebagian uritan. Hanya makan tusukan daging aja.

Untuk tusukan dagingnya ini, bisa dimakan bareng soto, bisa juga langsung dimakan tanpa soto juga gurih, loh. Biasanya diantara daging ada juga jeroan, dan kulit ayam kampung yang gurih banget.

Tusukan daging (Sumber:Pribadi)

Sekilas memang mirip soto-soto pada umumnya, hanya saja menurutku soto ini rasanya segar, ringan, gurih, dan nggak medok. Jadi nggak bikin bosen kalau nambah lagi, apalagi kalau ditambah perasan jeruk nipis, kecap dan sambel. Duh, auto nambah. Minimal sih aku selalu 2 porsi kalau makan disini.

Penasaran ya kamu? 

Nah, untuk kamu yang penasaran dan pengen coba makan soto ndeso khas Madiun. Kamu bisa langsung aja ke Jalan Dusun Rejosari, RT/09/RW:02 Rejosari, Kecamatan Sawahan, Kabupaten Madiun, Jawa Timur. Kalau berangkat dari pusat Kota Madiun, hanya memerlukan waktu sekitar 30 menit, karena meskipun sedikit pelosok rumah makan ini cukup mudah ditemukan.

Buka setiap hari mulai pukul 10.00 - 21.00, hari kamis libur. Untuk harganya cukup merakyat ya temans, yaitu satu porsi soto Rp 8.000,- . 

Selamat mencoba.

Saat datang ketoko roti Bluder Cokro, tujuan utamaku adalah beli titipan mama yaitu bluder single. Sama sekali nggak ada tujuan untuk beli yang lain termasuk beli bluder krispi, karena pada dasarnya aku bukanlah pecinta roti-rotian.

Toko Roti Bluder Cokro Madiun (Sumber: Pribadi)

Baca juga: Review Roti Bluder Cokro Asli Madiun, Jawa Timur

Karena saat itu aku pergi bersama sepupuku, dia juga ikut beli beberapa produk dari Bluder Cokro. Nah, salah satu produk yang dia beli adalah Bluder Krispi, yang merupakan versi kering dari Bluder Cokro.

Bluder Krispi (Sumber: Pribadi)

Review Bluder Krispi Roti Kering Khas Madiun 

Sesampainya kami dirumah kalasan, nggak banyak cakap langsung unboxing deh. 

Bentuk

Bentuknya cukup imut, kecil-kecil berbentuk bulat yang dipotong bagian tengahnya untuk diolesi cream manis. 

Bluder Krispi (Sumber: Pribadi)

Rasa

Rasa dari bluder krispi ini sedikit lebih manis dari bluder single. Tengahnya ada cream putih yang bikin dia lebih manis. Meskipun roti kering ini manis, tapi nggak bikin eneg dan cocok banget jadi pendamping saat minum teh panas, loh.

Bluder Krispi (Sumber: Pribadi)

Packaging

Dalam satu kotak berisi 20 bluder krispi yang dikemas dalam plastik, dimana setiap plastiknya berisi dua bluder kripsi sebelum akhirnya dipacking dalam kotak berwarna hijau tosca. 

Menurutku packaging-nya ini simple dan bisa menjaga roti keringnya untuk tetap krispi.

Bluder Krispi (Sumber: Pribadi)

Tekstur

Untuk tekstur dari bluder krispi tentunya berbeda dengan bluder single dan bluder krumpul yang lembut dan empuk banget. Karena bluder krispi ini adalah roti yang dikeringkan, jadi memiliki tekstur yang krispi tapi jauh dari kesan roti kering yang keras dan bikin seret. 

Harga dan Isi

Harga Rp 25.000,00 untuk roti kering yang berisi 20 biji dalam satu kotak menurutku sangat worth it sih, rasanya yang manis dan tekstur krispinya cocok banget jadi camilan sore didampingi teh panas sekaligus bisa untuk oleh-oleh untuk kerabat dan sahabat.

Berawal dari coba punya adik sepupu, akhirnya keesokan harinya aku kembali ke toko Bluder Cokro untuk beli 2 kotak Bluder Krispi lagi. Nah, untuk kamu yang penasaran dengan rasa dan tekstur dari bluder krispi, kamu bisa langsung aja ke Jl. Hayam Wuruk No. 51 - 53, Kota Madiun, Jawa Timur. Buka mulai pukul 07.00 - 22.00 WIB.

Selamat mencoba!

Meskipun sudah berkali-kali ke Kota Madiun, ini pertama kalinya aku pergi ke toko roti Bluder Cokro. Sebelumnya selalu beli oleh-oleh brem, krupuk lempeng, krupuk puli, dan sambel pecel. Padahal ini adalah roti legendaris asli Madiun sejak tahun 1989. Konon katanya dulu kalau beli roti bluder harus pesan dulu karena produksinya yang masih dilakukan secara sederhana dan terbatas. Karena permintaan konsumen yang tinggi, akhirnya roti Bluder Cokro semakin berkembang pesat dengan mendirikan pabrik-pabrik baru.

Toko roti Bluder Cokro (Sumber: Pribadi)

Sangking pengennya beli Bluder Cokro aku dan sepupuku langsung menuju ke lokasi yang sudah diarahkan oleh google maps. Ternyata nggak jauh dari rumah kalasan, hanya berjarak 4,5 km. Wow, gedungnya bagus, terlihat kokoh dan baru dengan warna ungu yang membuatnya terlihat mencolok diantara bangunan yang lain. Dilengkapi dengan luasnya lahan parkir untuk sepeda motor dan mobil. 

Review Roti Bluder Cokro Asli Madiun

Kesan pertama masuk toko roti Bluder Cokro yaitu tokonya bagus, bersih, lumayan luas dan sepertinya juga diproduksi dalam satu gedung tersebut. Karena setiap rotinya habis langsung dikeluarkan yang baru.

Toko roti Bluder Cokro (Sumber: Pribadi)

Sebenarnya aku bukanlah seorang pecinta roti. Aku hanya makan roti kalau bener-bener lapar dan nggak ada makanan lagi. Aku pergi ke toko roti ini karena mau beli titipan mama, yang katanya pengen beli satu kotak roti bluder single.

Bluder Single (Sumber: Pribadi)

Awalnya aku cuma beli 12 roti bluder single. 10 langsung dikotakin, 2 nggak dikotakin karena mau aku makan langsung. Nah, yang aku coba pertama adalah rasa taro. Hmm, tekstur rotinya lembut banget, selai taronya nggak terlalu manis, jadi nggak bikin eneg dan sesuai seleraku. Untuk orang yang nggak seberapa suka makan roti, menurutku roti ini enak. Apalagi banyak varian rasa yang nggak bikin bosen.

Oiya, karena roti bluder single ini nggak pakai pengawet jadi hanya tahan 5 hari di suhu ruangan. 

Single Bluder Rasa Taro (Sumber: Pribadi)

Berawal dari titipan mama, apapun yang aku makan terasa enak seketika langsung inget orang-orang tersayang, auto kalap akhirnya. Nggak nyangka akhirnya yang dibeli jadi bervariasi, hehe.

Nah, untuk kamu yang penasaran pengen coba roti Bluder Cokro, kamu bisa langsung aja ke Jl. Hayam Wuruk No. 51 - 53, Kota Madiun, Jawa Timur. Buka mulai pukul 07.00 - 22.00 WIB.

Varian Rasa Bluder Single

• Original
• Coklat
• Keju 
• Kismis
• Kopi
• Strawberry
• Blueberry
• Nanas
• Tiramisu
• Taro
• Greantea
• Coklat Kacang
• Coklat Keju Kacang
• Klepon

• Nutella
• Ovomaltine
• Abon Sapi
• Smoke Beef

Hampir semua varian rasa dari bluder single sudah pernah aku coba. Kalau kamu, mau coba rasa apa nih? Atau kamu sudah punya rasa favorit sendiri? 

Toko roti Bluder Cokro (Sumber: Pribadi)

Terima kasih sudah membaca, semoga bermanfaat dan selamat mencoba.

Alhamdulillah, kali ini aku happy banget.

Baru ramadhan kemarin aku nulis rindu suasana ramadan dan lebaran di Madiun dengan berkumpul bersama keluarga besar. Eh, nggak disangka-sangka tanggal 12 Juni 2021 akhirnya aku ke Madiun. Benar-benar nggak terduga dan nggak terencana. 

Baca juga : Rindu Kumpul Keluarga Besar di Bulan Ramadan

Seneng banget karena aku dan keluarga dari Bekasi kumpul bareng dirumah mbah besan. Karena rumah nenekku sudah nggak bisa ditempatin lagi. Yaaah, meskipun nggak full team, tapi aku bersyukur bisa ke Madiun lagi. 

Bisa mengunjungi rumah nenek, nyekar ke makam nenek dan kakek, sowan ke sesepuh, dan menyapa tetangga nenek.

Aku bener-bener bersyukur bisa ke Madiun lagi, aku kangen banget semua tentang Madiun, mulai dari keluarga yang ada disana, suasananya, dan kulinernya. Oleh karena itu, Madiun menjadi salah satu tempat liburan favoritku.

Baca juga: Top 5 Tempat Liburan Favorit Bikin Kangen

Jujur aku kaget dengan perubahan yang ada di Kota Madiun, sekitar 4 tahun aku nggak ke Madiun. Banyak perubahan pada penataan kotanya, sepanjang Jl. Pahlawan menjadi lebih instaramable.

Patung Merlion (Sumber: Pribadi)

Trotoarnya lebih luas, bagus dan nyaman banget untuk pejalan kaki, disediakan tempat duduk dan meja, tak lupa ada lampu-lampu antik yang estetik turut menghiasi sepanjang kawasan depan Balai Kota Madiun.

Sekilas memang mirip kawasan Jl, Malioboro di Jogjakarta, bedanya disepanjang Jl. Pahlawan jarang ada pedagang kaki lima seperti di Jl. Malioboro, disana justru lebih banyak pertokoan, bahkan juga ada beberapa bangunan baru yang megah dan cafe-cafe kekinian.

Jl. Pahlawan seberang Plaza Madiun (Sumber: Pribadi)

Nggak cuma dibikin pangkling dengan wajah baru Jl. Pahlawan yang dikenal sebagai jantung Kota Madiun, aku juga menjumpai Tugu Pendekar yang terletak disimpang lima Jl. Diponegoro. Sekilas juga mirip dengan Tugu Jogja, tapi tugu yang ada di Madiun ini lebih condong untuk memperkuat citra Kota Pendekar yang melekat pada Kota Madiun.

Hayo, siapa sih yang nggak tahu kalau Madiun adalah kotanya para pendekar? Aku yakin kalian pasti juga banyak yang tahu, kan.

Masih disekitar Jl. Pahlawan, disisi kiri gedung Plaza Madiun ada bangunan yang menyerupai Ka'bah, dan ternyata itu adalah mushola yan mirip banget dengan Ka'bah. Pertama kali melihat bangunan tersebut dari seberang jalan, pas di depannya Patung Merlion.

Soreku di Kota Madiun kala itu membuatku sesekali bersholawat sambil menatap kearah mushola berbentuk Ka'bah, bismillah semoga suatu saat bisa menyentuh Ka'bah yang asli. Aamiin.

Mushola berbentuk Ka'bah, gambar diambil dari depan Patung Merlion (Sumber: Pribadi)

Btw, di Madiun juga ada beberapa taman-taman baru, loh. Yang sering aku lewati adalah Taman Lalu Lintas Bantaran dan Taman Kartini, bagus banget buat nongkrong. Sayangnya aku cuma sekedar lewat, karena waktuku yang terbatas, jadi nggak sempat untuk explore semuanya.

Sejauh ini, aku baru melihat-lihat disekitaran Kota Madiun saja. Bersyukur bisa mengunjungi Kota Madiun dengan wajah barunya yang sukses bikin aku pangkling. Well, aku turut senang melihat perkembangan pembangunan yang ada di Kota Madiun. Karena mulai dari aku kecil sampai dewasa ini, aku bisa melihat perkembangan yang siknifikan yang terjadi di Madiun.

So, sampai jumpa kapan-kapan lagi ya...