Local Wisdom di Desa Panglipuran Kabupaten Bangli Provinsi Bali

August 02, 2019

Siapa yang nggak tahu Bali? Pasti tahu donk. Salah satu provinsi terpopuler di Indonesia, yang  dijuluki sebagai Pulau Dewata dengan keunikan tradisi dan budayanya yang memikat ribuan turis untuk berkunjung menikmati keindahanan disana. 

Perlu kamu ketahui, keunikan budaya yang ada di Bali dibandingkan dengan provinsi lain yaitu adanya penerapan Desa Adat dan Desa Dinas, yang keberadaannya tidak bisa dipisahkan. Dimana untuk urusan administrasi adalah peran dari Desa Dinas, sedangkan Desa Adat berperan menjaga adat dan kebudayaan Bali mengingat kehidupan di Bali sangat beragam secara etnis dan agama.

Kita semua tahu, keberagaraman yang ada di Indonesia merupakan anugerah tersendiri bagi bangsa ini, namun juga merupakan salah satu ancaman yang dapat memicu timbulnya konflik sosial jika toleransi yang dimiliki masyarakat masih rendah. Begitupun di Bali, dengan keberagaman etnis dan agama yang ada di Bali sangat jarang ditemukan konflik berskala besar disana. Hal ini karena adanya forum komunikasi antar umat beragama di Bali yang sigap dalam melakukan penyelesaian konflik, oleh karena itu meskipun ada konflik namun keberadaanya tidak meluas kesegala arah dan segera teratasi.

Salah satu desa wisata yang terkenal di Provinsi Bali adalah Desa Panglipuran di Kabupaten Bangli yang menerapkan Desa Adat  yang kental dengan adat Bali dan nilai-nilai ajaran Agama Hindu. 


Desa Adat Panglipuran Bangli, Provinsi Bali

Pertama memasuki kawasan Desa Panglipuran kamu akan bisa langsung melihat tata ruang desa yang rapi dan bersih, dimana bangunan tiap-tiap rumah yang mirip bisa menjadi penekan adanya kesenjangan sosial. Kemiripan rumah warga yang ada di Desa Panglipuran ini dapat dilihat dari pintu gerbangnya yang hanya dapat dilewati oleh satu orang yang disebut angkul-angkul, lalu dinding rumah dan atapnya terbuat dari bambu. Dimana bambu yang digunakan untuk membangun rumah warga, diambil langsung dari hutan bambu yang dimiliki oleh desa ini yang juga berfungsi sebagai daerah resapan air.

Karena Desa Panglipuran adalah salah satu desa adat yang sering dikunjungi banyak wisatawan, kamu bisa juga membeli beberapa kerajinan dan oleh-oleh lainnya dirumah warga lokal loh. Salah satu yang khas dan hanya ada di Desa Panglipuran adalah minuman tradisional Loloh Cemcem.
Minuman tradisional Loloh Cemcem
Di Desa Panglipuran ini kamu akan menemukan salah satu spot yang tidak kalah menarik, yaitu Karang Memadu, yaitu kawasan yang di peruntukan untuk laki-laki yang memiliki istri lebih dari satu alias poligami. Desa Panglipuran melarang keras adanya poligami, jika ada masyarakat yang melanggar awig awig adat yang berlaku, maka keluarga tersebut akan dikenai sanksi sosial yang cukup berat, mulai dari tidak  diperbolehkan lagi mengikuti acara didesa, dilarang bersembayang di pura yang ada di Panglipuran dan di asingkan di Karang Memadu.

Adanya awig-awig Desa Panglipuran tersebut, membuat masyarakat Panglipuran menjadi warga yang patuh dan sangat menghargai kaum perempuan. Oleh karena itu, sampai saat ini tidak ada warga lokal Panglipuran yang memiliki istri lebih satu, dan sampai saat ini Karang Memadu hanya di jadikan tempat wisata. 

Tempat lain adalah Pura Penataran dan Pura Puseh yang berada disebelah utara desa yang merupakan tempat warga lokal Panglipuran bersembayang.
Pura Penataran di Desa Panglipuran
Pura Puseh Desa Panglipuran


Tertarik mengunjungi Desa Panglipuran? Kamu bisa langsung datang ke Desa Panglipuran, karena tempat wisata ini buka setiap hari mulai jam 08.00 s/d 17.00 WITA (kecuali saat perayaan hari besar keagamaan dan upacara adat seperti Nyepi, Galungan dan Kuningan).

Harga Tiket:

Wisatawan domestik: Rp 15.000 (dewasa), Rp 10.000 (anak-anak)
Wisatawan asing: Rp 30.000 (dewasa), Rp 25.000 (anak-anak)







You Might Also Like

0 comments

Popular Posts

Followers

Blogger Perempuan